pt. 4] Cerita rakyat dari tanah Papua. [pt. 5] Cerita rakyat Gorontalo. [pt. 6] Cerita rakyat Manggarai. [pt. 7] Datu Lumuran. [pt. 8] Geliga sakti, cerita rakyat daerah Riau. [pt. 9] Hikayat Datuk Hitam dan bajak laut. [pt. 10] Hikayat raja miskin By: Published on 2007 by . This Book was ranked at 37 by Google Books for keyword cerita rakyat.
Temukan koleksi favoritmu tersedia koleksi, tersebar di seluruh perpustakaan di lingkungan kemdikbud Text Cerita Rakyat Manggarai Buku ini berisi terjemahan teks cerita rakyat berbahasa Manggarai. Collection Location Perpustakaan Balai Bahasa Padang Detail Information Series Title - Call Number - Publisher Jakarta Pusa Bahasa., 2007 Collation xiii, 312 hlm.; 21 cm Language ISBN/ISSN 978 979 685 653 4 Classification - Content Type - Media Type - Carrier Type - Edition - Subjects Specific Detail Info - Statement of Responsibility File Attachment No Data Comments You must be logged in to post a comment

KabupatenManggarai Timur merupakan salah satu kabupaten yang berada di Pulau Flores provinsi NTT dengan luas 2.643,41 km 2. Manggarai timur memiiki pesona alam yang indah. Mungkin selama ini banyak orang yang hanya mengenal pulau komodo , pulau padar, pink beach dan lain-lain yang ada di sekitaran Labuan bajo kabupaten Manggarai Barat .

JAKARTA, KOMPAS — Cerita rakyat dari Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur, dikemas dalam bentuk drama musikal oleh Institut Musik Daya Indonesia. Lagu-lagu daerah khas Nusa Tenggara Timur, seperti ”Ayam Hitam” dan ”Potong Bebek Angsa”, mewarnai pertunjukan di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Minggu 13/7/2014.Legenda Pulau Komodo ini menceritakan seekor komodo yang dekat dengan penduduk sekitar. Usut punya usut, komodo ini ternyata kembaran dari manusia bernama Putri. Keduanya keluar dari rahim ibu yang sama. Pesan cerita ini, semestinya manusia dan hewan hidup berdampingan. Hewan mestinya dilindungi dan tak untuk Institut Musik Daya Indonesia, Kinarya GSP juga mempersembahkan tarian khas Nusa Tenggara Timur, diiringi Doris, tokoh masyarakat Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Cerita rakyat yang dikemas dalam drama, musik, dan tari ini menyuguhkan budaya dan kearifan masyarakat Nusa Tenggara Timur yang memesona.”Tadi itu namanya tari Paci, yang merupakan syukuran atas hasil panen. Pemukulan gong itu bermaksud informasi kepada masyarakat,” ujar menjelaskan penari perempuan yang mengenakan mahkota bali belo dan penari laki-laki dengan topi panggal tanduk sapi. ”Itu menceritakan kegembiraan atas kesuburan padi dan hasil alam di Manggarai, dekat dengan Pulau Komodo. Lalu topi panggal itu simbol untuk melindungi diri dari peperangan,” tutur Doris, ada cerita rakyat di Manggarai yang dipercaya sebagai kisah nyata. Legenda itu mengenai tiga kerajaan pada zaman dahulu yang ketiga rajanya memperebutkan seorang perempuan tercantik di Manggarai. Daripada terjadi pertumpahan darah, perempuan itu merelakan kulitnya menjadi bahan membuat kendang. ”Perempuan itu mengorbankan dirinya daripada jadi rebutan. Kendang itu masih ada sampai sekarang,” Renitasari Adrian, Direktur Program Bakti Budaya Djarum Foundation, kekayaan sastra Indonesia tidak hanya dilihat dari banyaknya buku dan karya sastra yang beredar. Beragam cerita rakyat dan legenda masyarakat juga berandil besar. ”Sayang masih banyak yang belum akrab di telinga masyarakat. Makanya harus terus dipopulerkan,” IMDI, Tjut Nyak Deviana Daudsjah, mengatakan, IMDI dengan beragam pertunjukan yang disuguhkan selama ini berkeinginan untuk mengembalikan pendidikan seni pertunjukan pada jalurnya. IMDI menawarkan pendidikan formal supaya seni pertunjukan bisa go international. Sudah saatnya seni pertunjukan menjadi sebuah kreativitas yang bernilai ekonomi.”Tujuan lain tentunya kami ingin meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap budaya Indonesia. Saya padukan ilmu dari Barat dan Timur. Saya yakin, seni pertunjukan itu produk kebudayaan yang bisa mendapatkan nilai ekonomi,” tutur menyuguhkan paket seni pertunjukan yang komplet, mulai pemain musik, penari, pemain drama, hingga petugas lampu dan manajer panggung. ”Kami mandiri semua. Satu paket. Jadi bisa dibilang kami dari lembaga formal yang sudah siap masuk ke industri seni pertunjukan,” ujar seni pertunjukan saat ini sudah bisa menjadi industri kreatif jika digarap puluhan tahun lalu. IVV Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. OrangNusa Tenggara Timur itu memang keras, keras suaranya, keras mentalnya, keras kerjanya. Tapi karena itulah, mereka sering dianggap kasar dan menakutkan. Ditambah dengan mitos bahwa perantau dari pulau ini banyak yang berprofesi sebagai debt collector. Padahal kenyataannya yang berprofesi demikian itu sangat sedikit. Buku Budaya dan Ragam Cerita Rakyat Manggarai Timur memerikan secara ringkas kebermaknaan kebudayaan sebagai jendela dunia masyarakat Manggarai Timur, sebagaimana tercermin dalam tujuh puluh empat teks cerita rakyat yang terinventarisasi berdasarkan judul dan isi cerita dalam dua bahasa bahasa lokal dan bahasa Indonesia. Cerita rakyat tersebut diwadahi dalam enam bahasa lokal yang hidup berdampingan di wilayah Kabupaten Manggarai Timur. Keenam bahasa lokal dimaksud adalah bahasa Manggarai, bahasa Manus, bahasa Kolor atau Mbaen, bahasa Rongga, bahasa Rajong, dan bahasa Kepo. Selain itu, cerita rakyat Manggarai Timur itu terklasifikasi menjadi tiga tipe yang meliputi mitos, legenda, dan yang sarat dengan nilai kearifan lokal ini merupakan bagian dari penelitian Optimalisasi Potensi Tradisi Lisan untuk Menciptakan Sumber Belajar bagi Para Siswa di Manggarai Timur pada tahun ke-1 dari dua tahun pelaksanaan 2022 dan 2023 yang dibiayai Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi. Tim pelaksana penelitian adalah tim dosen Universitas PGRI Mahadewa Indonesia dengan komposisi Ni Wayan Sumitri sebagai ketua tim serta Ni Wayan Widiastuti dan Ni Wayan Sudarti sebagai cerita yang tersaji dalam buku berisi empat bab ini penuh dengan muatan nilai etika moral yang diharapkan bisa mengisi kekosongan sumber belajar bagi para siswa di Manggarai Timur dalam upaya menunjang pembelajaran pendidikan karakter bangsa berbasis bahasa dan budaya lokal Manggarai Timur. Bersamaan dengan itu, diharapkan pula agar buku yang mendokumentasikan budaya dan ragam cerita rakyat Manggarai Timur ini juga bermanfaat bagi pihak di luar masyarakat Manggarai Timur untuk mengenal cerita rakyat Nusantara karena mekanisme penyajian teks cerita disertai dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. ProfilKabupaten Manggarai Timur. Berita terbaru, informasi terbaru tentang Kabupaten Manggarai Timur PROFIL PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MANGGARAI TIMUR PERIODE 2019-2024 (1) Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur. Search. Beranda ; Profil. Profil Pimpinan.
BORONG, - Bupati Manggarai Timur, Agas Andreas sudah menetapkan Desa Mbengan desa wisata di Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur. Penetapan itu disambut gembira oleh Kepala Desa Mbengan, Yohanes Tobi bersama warga masyarakat setempat."Pemerintah Desa Mbengan bersama masyarakat sedang menata dan mempromosikan keunikan-keunikan wisata budaya, alam, tradisi, atraksi budaya, dan cerita-cerita rakyat," kata dia kepada Rabu 19/10/2022. Desa Mbengan punya banyak wisata alam Yohanes melanjutkan bahwa ada banyak tempat wisata alam yang tersebar di kawasan Desa Mbengan. Beberapa di antaranya, Ngapan Keto tebing Keto dengan keunikan pemandangan alam untuk melihat Laut Sawu, Air Terjun Ndalo Werok, Goa Liang Kar, Air Terjun Piripipi, Air Terjun Par Tambang. Baca juga Mengenal Desa Mbengan di NTT yang Ditetapkan sebagai Desa WisataUntuk wisata budaya, ada atraksi Umbiro, Wai Doka, tarian Kelong, permainan tradisional Napa Tikin, Ghena Ajo, Dang Ajo, Paka Maka, dan berbagai ritual adat yang berkaitan dengan pertanian ladang. "Beberapa waktu lalu, turis dari Jerman sudah berwisata di obyek wisata Ngapan Keto," tutur Yohanes. Bahkan beberapa tahun lalu, sambung dia, rombongan turis dari Belgia bersama pemandu dari Manggarai Timur sudah mengunjungi desa ini dan menyaksikan atraksi budaya yang dipentaskan oleh masyarakat setempat. Ritual adat Ghan Woja di Desa Mbengan Sementara itu, Tua adat Suku Mukun di Desa Mbengan, Kornelius Ngamal Ramang 62 menjelaskan, tradisi sakral di Kampung Bungan yang masih dirawat dengan baik adalah tarian Keda Rawa saat dilangsungkan ritual adat Ghan Woja. Keda artinya injak tanah, menghentakkan kaki di tanah dan rawa artinya syair-syair mistis yang dilantunkan tua-tua adat di kampung tersebut. Baca juga Manggarai Timur NTT Punya Banyak Danau, Jadi Tempat Rekreasi Turis
Lodok Warisan Budaya Agraris Masyarakat Manggarai. Lodok merupakan sistem pengelolaan dan pembangian lahan komunal ( lingko) berbentuk sarang laba-laba untuk usaha pertanian pada masyarakat Manggarai. Sistem pembagian ini sangat unik, hanya kita temui di daerah Manggarai Raya (Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur).
Kali ini kami akan memposting satu cerita rakyat NTT yang berjudul Tampe Ruma Sani. Dongeng Nusa Tenggara Timur tepatnya Flores ini mengajarkan kita banyak sekali nilai kebaikan. Ingin tahu cerita lengkapnya? Yuk kita ikuti bersama. AIkisah pada zaman dulu ada seorang anak perempuan yang suka menguncir rambutnya yang panjang bernama Tampe Ruma Sani. Namanya memang agak sulit, tetapi artinya begitu bermakna untuk masa depannya. Tampe Ruma Sani sudah setahun ditinggal mati oleh ibunya. Kini dia hidup bernama ayah dan adik lelakinya. Karena ayahnya bekerja sebagai nelayan dan adiknya masih sangat kecil, maka hampir semua pekerjaan rumah dilakukan oleh Tampe Ruma Sani. Setiap hari ia bertugas memasak, membersihkan rumah serta ikut menjual hasil tangkapan ayahnya. Meskipun demikian, gadis kecil itu tak pernah mengeluh. Suatu hari, Tampe Ruma Sani bertugas menjual ikan hasil tangkapan ayahnya kemarin. Ia menjualnya ke pasar pagi-pagi, dan sebelum sore hari keranjang ikannya sudah kosong. Semua ikannya habis terjual. Tampe Ruma Sani segera pulang. Di tengah perjalanan, ia disapa oleh seorang perempuan. “Anak manis, bagaimana ikan yang engkau jual sudah habis padahal hari belum lagi sore.” tanya seorang perempuan tersebut. “Saya menjual ikan-ikan itu dengan harga murah agar lekas habis, sebab saya harus mengurus adik lelaki saya yang masih kecil, juga memasak untuk makan kami bertiga,” jawab Tampe Ruma Sani. “Oh! ternyata engkau punya adik kecil juga, siapakah namanya?” ”Adik lelakiku bernama Laga Ligo.” Perempuan itu terus menanyakan beberapa pertanyaan, seolah ingin sekali tahu banyak mengenai keluarga Tampe Ruma Sani. Gadis manis yang lugu itu pun tak punya prasanqka buruk, ia menjawab setiap pertanyaan dengan ceria. Perempuan itu ternyata bermaksud untuk menikahi ayah Tampe Ruma Sani. Sejak perkenalannya dengan gadis itu, ia datang beberapa kali ke rumahnya. Perempuan itu mencoba mengambil hati ayah Tampe Ruma Sani. Ia ikut membantu mengerjakan pekerjaan rumah dan mengasuh Tampe Ruma Sani dan Laga Ligo. Lama kelamaan, hati ayah Tampe Ruma Sani pun Iuluh dan ia menikahi perempuan itu agar kedua anaknya ada yang mengurus. Kini, perempuan itu menjadi ibu tiri Tampe Ruma Sani. Tampe Ruma Sani pun senang karena tugasnya menjadi ringan. Ia tak perlu lagi mengerjakan pekerjaan rumah, semua sudah dilakukan ibu tirinya. Ia dapat menjual ikan dengan tenang, tanpa harus terburu-buru pulang. Namun hal itu tidak berarti Tampe Ruma Sani berpangku tangan. Ia tetap membantu ibu tirinya di rumah. Sang ibu tiri kerap meminta Tampe Ruma Sani untuk menumbuk padi. Ia berpesan agar beras yang masih utuh harus dipisahkan dengan beras kecil yang sudah hancur. Tampe Ruma Sani tak paham mengapa beras-beras itu harus dipisahkan, tapi ia menuruti kehendak ibu tirinya. Beberapa bulan setelah ibu tiri tinggal di rumah, ia mulai berubah. Awalnya perempuan itu bersikap baik pada kedua anak tirinya, namun sekarang ia mulai suka memarahi mereka, dan kadang-kadang juga memukul jika kedua anak itu dianggapnya tidak menuruti kehendaknya. Sikap buruknya ini dilakukan jika sang ayah pergi melaut. Jika sang ayah pulang, ibu tiri menyiapkan makanan yang sangat lezat-lezat, namun jika suaminya pergi melaut, kedua anak itu hanya diberikan nasi yang dimasak dan beras hancur. Tentu saga Tampe Ruma Sani dan adiknya merasa sangat sedih Mereka pun mengadukan perilaku ibu tiri kepada ayah mereka. Sayangnya, sang ibu tiri ini pintar benar berkilah. Ia berhasil meyakinkan suaminya bahwa ia tidak bersalah dan kedua anak itu mengada-ada. Ia juga berhasil memengaruhi suaminya agar lebih memercayainya. Dan keesokkan harinya ketika sang suami pergi lagi melaut, Tampe Ruma Sani pun dihajarnya habis-habisan sampai babak belur oleh ibu tirinya atas tindakkannya yang telah mengadu kepada ayahnya. “Berani-beraninya kalian melapor pada ayahmu!” bentaknya. “lngat! Sekali lagi kalian mengadu, aku tidak segan-segan membunuh kalian berdua!” Suara keras sang ibu membuat kedua anak itu merasa ketakutan. Dari hari ke hari, Tempa Ruma Sani dan adiknya menjalani kehidupan dengan penuh penderitan, namun mereka menghadapinya dengan penuh kesabaran. Tahun demi tahun berlalu, kedua anak itu sekarang sudah remaja. Mereka pun sepakat untuk hidup mandiri terbebas dari cengkraman ibu tiri. Mereka mengutarakan maksud tersebut kepada sang ayah dan meminta izin untuk merantau. “Sekarang kami berdua sudah cukup dewasa, Ayah! izinkanlah saya dan kakak untuk merantau dan mengejar cita-cita serta pengalaman hidup diluar sana,” pinta Laga Ligo mewakili kakak perempuannya. Awalnya sang ayah merasa sangat keberatan, namun akhirnya ia memberikan izin juga karena melihat tekad kedua anaknya sangat besar. Ibu tiri pun merasa senang sebab itu berarti ia tak perlu lagi capek-capek mengurus kedua anak itu. Pagi-pagi buta, Tempa Ruma Sani dan Laga Ligo meninggalkan desa neIayan tempat kelahiran mereka berdua dan mulai merantau. Mereka terus berjalan tidak tentu arah dan tujuan, melalui hutan dan sungai yang belum pernah mereka ketahui. Setelah beberapa hari berjalan, perbekalan mereka pun mulai menipis. Kedua remaja itu mulai kelelahan. Beruntung mereka menemukan sebuah rumah di tengah hutan. Dengan penuh harapan untuk mendapat sedikit makanan dari pemilik rumah, mereka pun mengetuk pintunya. Tak ada jawaban. Cerita Rakyat NTT Dongeng Nusa Tenggara Timur “Mungkinkah sang pemilik rumah sedang berpergian?” Tempa Ruma Sani bertanya-tanya. Dengan rasa penasaran lalu mereka pun mengetuk kembali pintunya, tetap tidak ada sahutan. Akhirnya mereka memberanikan diri untuk membuka pintu yang tidak terkunci, Mereka pun masuk ke dalam rumah, dan menemukan bahwa rumah itu kosong. Namun anehnya, di meja tersedia makanan lezat yang sepertinya baru saja dimasak. Masih hangat dan mengepul. Terbit air liur keduanya ketika melihat makanan tersebut, namun meski sangat kelaparan, mereka tak hendak menyentuhnya tanpa izin sang pemilik rumah. “Sebaiknya kita menunggu saja di dalam rumah, menanti sang tuan rumah kembali,” sang kakak berkata kepada adiknya. Mereka pun menanti pemilik rumah, dan tertidur pulas karena kelelahan dan lapar. Ketika mereka terbangun, hari ternyata telah berganti pagi, namun pemilik rumah belum juga muncul. Keanehan terjadi Iagi karena di meja makan telah tersaji makanan yang baru dimasak. “Siapa yang memasak makanan ini? Mengapa kita tidak mengetahuinya?” “Entahlah, Kak.” Jawab adiknya. “Yang pasti aku sangat lapar. Bolehkah kita memakannya sedikit?” “Ya, kukira tidak apa-apa. Nanti kalau ketahuan, kita akan menjelaskan pada pemiliki rumah. Lagipula sayang sekali jika makanan tersebut tidak dimakan.” Kakak beradik tersebut lantas memakan sajian tersebut sampai habis tidak tersisa. Setelah rnakan, Tempa Ruma Sani membersihkan piring dan peralatan makan. Tiga hari sudah mereka tinggal menempati rumah di tengah hutan tersebut, namun mereka belum berjumpa dengan pemilik rumah. Dan setiap mereka bangun pagi, makanan hangat yang lezat-lezat selalu sudah tersedia di meja makan. Keduanya sangat heran, namun menikmati saja makanan yang tersedia dengan mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga. Pada hari keempat sang kakak berkata kepada adiknya “Adikku, bagaimana jika makanan yang biasa tersaji tidak tersaji lagi pada hari-hari berikutnya? Apakah yang akan kita makan?” Laga Ligo juga kebingungan, namun segera teringat seusatu. Beberapa waktu yang lalu ia melihat di sudut dapur ada tiga buah karung besar yang berisi cengkih, pala serta merica. “Bagaimana kalau kita menjual rempah-rempah yang tersedia banyak dalam karung besar itu ke pasar, Kak?” “Baiklah kalau begitu berangkatlah ke pasar, kakak tunggu saja di sini. Siapa tahu pemilik rumah datang.” “Baiklah, tapi sebaiknya kakak hati-hati. Jangan membuka pintu untuk orang lain selama aku pergi.” Sang adik pun segera berangkat membawa satu karung kecil rempah-rampah untuk menjualnya di pasar terdekat. Pada saat yang sama, rombongan raja sedang berburu. Mereka keheranan menemukan rumah di tengah hutan itu. Raja penasaran siapakah yang berani tinggal serta membangun rumah di hutan lebat seperti ini. Dengan segera, ia memerintah pengawalnya untuk mengetuk pintu beberapa kali, namun tidak ada jawaban. Di dalam rumah, Tampe Rama Sani tidak berani membukakan pintu rumah, dia diam saja tidak menjawab ketukan itu. Gadis manis itu justru bersembunyi di bawah meja dengan ketakutan. Karena tidak mendapat jawaban, para pengawal raja memutuskan untuk masuk dan memeriksa keadaan. Awalnya mereka tak menemukan siapapun, dan tak melihat Tampe Rama Sani yang sedang bersembunyi. Akan tetapi, rambut gadis itu terlalu panjang untuk disembunyikan sehingga para pengawal segera menemukannya. Mereka meminta Tampe Rama Sani keluar dari persembunyiannya. Dengan wajah ketakutan, Tampe Rama Sani akhirnya keluar dan menemui sang raja. Ia menceritakan kisahnya dan juga adiknya yang tengah menjual rempah di pasar. Sang raja pun iba, dan akhirnya mengajak Tampe Rama Sani dan Laga Ligo untuk menjadi anak angkatnya. Mereka berdua pun hidup bahagia di istana. Pesan Moral dari Cerita Rakyat NTT Tampe Ruma Sani adalah kesabaran dan kepasrahan yang tulus akan membuat kebahagian segera datang menjemputmu. Baca juga dongeng NTT terbaik kami lainnya pada artikel berikut ini Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur Bete Dou dan Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur Suri Ikun
KabupatenManggarai Timur, Kota Borong, Flores, NTT. Cerita dan Berita, Semua tentang Manggarai Timur, Kabupaten ku tercinta. Minggu, 15 Februari 2015. Sekilas Tentang Manggarai Timur. entahlah,,, . Mata pencarian orang Manggarai Timur Rata-rata bertani untuk masyarakat pegunungan dan nelayan di bagian pesisir pantai.
ASAL MULANYA DANAU RANA MESE Oleh Efan boyllond ada zaman dahulu di kampung TeberManggarai Timur hiduplah sepasang suami istri bernama Kae Anu dan Ngkiong Molas Liho. Mereka tinggal dalam sebuah rumah yang merupakan warisan dari orang tua Kae Anu. Rumah tersebut sudah sangat tua dan banyak sekali tiang dan papannya yang sudah lapuk termakan usia. Pada suatu hari berkatalah Kae Anu kepada istrinya,”Enu…rumah ini sudah sangat tidak layak lagi untuk dihuni, alangkah lebih baik kalau kita membuat rumah yang baru lagi”. “Tetapi membuat rumah itu sangat sulit dan membutuhkan waktu yang sangat lama, suamiku. Lebih baik kita tinggal di pondok saja, kamu bahkan tidak mempunyai keahlian dalam membuat rumah”Kata istrinya. “Ah, kamu tenang saja. Meskipun saya tidak memiliki keahlian dalam membuat rumah tetapi saya akan tetap berusaha mencobanya”. Akhirnya Kae Anu memutuskan untuk mencari pohon untuk dijadikan balok di hutan. Setelah menyiapkan bekal utuk semingu, berangkatlah kae Anu ke sebuah hutan yang di dalamnya banyak sekali terdapat pohon Pinis sekarang hutan tersebut telah menjadi sebuah kampung yang bernama kampung Pinis. Di sana Kae Anu mulai menebang kayu dan membuatnya menjadi balok. Sudah beberapa hari Kae Anu di hutan dan kayu baloknya sudah semakin banyak. Ngkiong molas liho,istrinya, sangat cemas dan takut kalau Kae Anu diserang oleh binatang buas di hutan.” Semoga tidak terjadi apa-apa dengan suamiku”do’anya daam hati. Pada suatu siang ketika Kae Anu sedang menebang pohon, dia melihat seekor munggissejenis tikus hutan berlari ke arahnya dan bersembunyi di bawah ranting-ranting pohon yang sudah dipotongnya. Tidak lama setelah itu dia melihat lagi beberapa ekor musang datang dan mengendus-endus seolah-olah sedang mencari sesuatu, namun Kae Anu tidak mempedulikanya dan terus menebang pohon tersebut. Ketika sedang asyik menebang pohon, dia tersentak ketika ada empat orang yang secara tiba-tiba datang berlari ke arahnya. Orang-orang itu sama sekali tidak dikenalnya. “Maaf Tuan, apakah anda melihat ada Motang Babi Hutan yang baru saja lewat disini?” Kae Anu tidak menjawab namun dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tetapi Tuan, lihatlah! Anjing-anjing kami mengendus-endus disekitar sini. Pasti motangnya jugaberada disekitar tempat ini” Ketika mereka menyebut kata anjing dan menunjukan kearah beberapa ekor musang tersebut, tersadarlah Kae anu bahwa tenyata orang-orang yang berada dihadapannya bukanlah manusia seperti dirinya tetapi mereka adalah daratMahluk Halus dan musang-musang itu adalah anjing-anjing mereka. Kae Anu menjadi sangat takut. “Tuan, saya tidak melihat babi hutan yang lewat disini tetapi saya hanya melihat tikus kecil ini”Kata Kae anu sambil memungut tikus yang bersembunyi dibalik ranting-ranting pohon lalu memukulnya dengan sebilah kayu. Darat tersebut sangat terperanjat dan berterik kegirangan. “Ya ampun tuan, ini adalah babi hutan yang kami cari-cari dari tadi.”kata mereka sambil bersorak kegirangan. “Lihatlah! Betapa besarnya babi hutan ini”Kae Anu semakin tercengang-cengang. Tikus kecil ini mereka anggap sebagi babi hutan yang besar?.Benar-benar aneh,gumanya dalam hati. Kemudian keempat mahluk halus itu mengangkat tikus kecil tersebut namun tiba-tiba mereka menurunkanya kembali.” Aduh, babi hutan ini sangat berat… padahal kita ini berempat tetapi kita tidak mampu mengangkatnya”Kata salah seorang dari mereka sambil tersengal-sengal. Mereka berulangkali mencoba mengangkat tikus yang menurut mereka adalah babi hutan yang besar itu namun lagi-lagi dilepaskanya kembali. Kae anu memandang mereka sambil terheran-heran. Diangkatnya tikus kecil itu hanya dengan satu tangan lalu menyodorkan kepada merka. Keempat mahluk halus itu membelalakan matanya ketika Kae Anu dengan entengnya mengangkat tikus kecil itu. Mereka sangat tercengang-cengang. “Ya ampun…kuat benar tuan ini, hanya dengan satu tangan dia bisa mengangkat babi hutan yang sangat besar ini”Kata mereka seakan-akan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. “Apakah tuan itu memiliki kekuatan gaib?”Tanya mereka kepada Kae Anu. Kemudian Kae Anu menceritakan siapa dirinya yang sebenarnya kepada mereka dan apa tujuan dia datang ke hutan itu. Keempat darat tersebut berbalik menjadi sangat takut dan hendak melarikan diri namun dicegah oleh Kae Anu. “Tenanglah tuan-tuan, saya tidak akan mencelakai kalian. Saya akan menolong tuan-tuan utuk membawakan babi hutan ini ke kampung tuan”ujarnya kepada mereka. Keempat mahluk halus itu pun akhirnya menyetujui tawaran dari Kae Anu. “Terimaksih atas budi baik tuan”Kata Mereka dengan penuh rasa hormat dan kemudian menunjukan jalan menuju kampung dimana mereka tinggal. “tenanglah tuan, tidak jauh dari sini ada jalan raya yang menuju kampung kami”Kata mereka. Ternyata jalan raya yang mereka maksudkan adalah sebuah sungai sekarang diberi nama Wae Dingin. Sesampainya di kampung mereka, kae Anu semakin tercengang-cengang. Ternyata kampung mereka adalah sebuah danau kecil bernama Rana Nekes, dan yang lebih anehnya lagi, rumah yang mereka tempati hanyalah sepotong helungbuluh/ sejenis bambu kecil yang mengapung di atas danau. Disana banyak sekali helung yang mengapung dan semuanya adalah rumah para warga mahluk halus rana Nekes. Keempat mahluk halus tersebut langsung mengajak Kae anu menuju rumah gendang. Disana sudah menunggu tua-tua adat serta segenap warga kampung dan mereka menyambut Kae Anu dengan senang hati. Namun Kae Anu menolak untuk masuk karena dia tahu bahwa rumah tersebut akan tenggelam apabila dia menginjaknya. “Tuan, biarkan saya tetap di luar karena saya takut rumah ini akan tenggelam apbila kaki saya menyentuhnya”Katanya kepada mereka. “Ah, tuan ini ada-ada saja…Jangan begitu, Nak…Mari siahkan masuk. Rumah ini sangatlah kokoh”Kata ketua Adat. Meskipun Kae Anu hanya menyentuh sedikit dengan ibu jari kakinya di ujung buluh atau helung tersebut, rumah para mahluk halus tersebut bergoncang sehingga membuat para warga yang berada di dalamnya berteriak ketakutan. Akhirnya mereka membiarkan Kae Anu tetap duduk di luar. Setelah berbincang-bincang cukup lama dengan ketua adat para mahluk halus tersebut, Kae Anu mengetahui bahwa dalam rumah adat tesebut ada pertemuan para warga. Mereka berencana ntuk berperang melawan kampung tetangga yaitu rana Hembok yang ingin menguasai wilayah mereka. “Bantulah kami tuan, saya tidak ingin warga kampung ini menjadi budak-budak dari warga rana Hembok.”Pinta Ketua Adat tersebut kepada kae Anu.”Tolong selamatkan kami tuan”. “Baiklah…saya akan ikut berperang melawan mereka”Kata Kae anu. Hari menjelag sore, Kae Anu memohon pamit kepada para mahluk halus untuk kembali pulang ke rumahnya yaitu di Teber. Mereka memberikan kae Anu daging tikus yang bagi mereka adalah babi hutan namun ditolak oleh Kae Anu. Akhirnya sebagai balas jasa, mereka membawa balok-balok milik kae Anu ke Teber. Anehnya balok besar yang menurut Kae Anu sangatlah berat, tetapi bagi mereka itu sangatlah ringan bahkan masing-masing dari mereka membawa sepuluh balok di bahunya. Hari berganti hari dan tibalah saatnya bagu kae Anu untuk ikut berperang melawan Rana Hembok. Kae anu menyiapkan peralatan perang seperti Nggilingtameng, tombak dan parang yang sudah diasah sehingga sangat tajam. Setelah perelengkapn perang sudah disiapkan, berangkatah kae Anu ke Rana nekes. Bunyi gong dan gendang dari rana hembok mulai terdengar dan pasukan perangnya sudah bersiap siaga menunggu bunyi gong dan gendang dari Rana Nekes. Sementara itu, pasukan rana Nekes yang jumlahnya sangat sedikit itu menunggu kae Anu dengan perasaan cemas dan takut kalau kae Anu sendiri tidak jadi datang. Ketika Kae Anu tiba di Rana Nekes, semua darat Rana Nekes melompat kegirangan. Kae Anu menyuruh mereka berkumpul. Tetapi darat-darat tersebut sangat heran tatkala melihat kae Anu tidak membawa perlengkapan perang seperti yang mereka punya. “Dimana peralatan perangmu tuan?”Tanya salah seorang dari mereka. “Ini tuan”jawab kae Anu.”pokoknya kalian tenang saja”. Kae anu sendiri sangat heran karena darat-darat tersebut tak satupun yang membawa parang atau tombak tetapi ditangan mereka masing-masing menggenggam belut dan ikan. “Tunggu dulu!”Seru Kae Anu. “Biasaya kalau berperang, kaum darat menggunakan apa sebagai alat perangnya?”Tanya Kae Anu Kepada Mereka. “Tombak dan Parang”Jawab mereka serempak sambil menunjukan belut dan ikan. Mendengar hal tersebut mengertilah Kae Anu bahwa belut dan ikan bagi para mahluk halus adalah tombak dan parang. Kemudian berkatalah Kae Anu kepada mereka“Biar aku saja yang berperang melawan mereka dan kalian sendiri harus pergi menjauh dari tempat ini”. “Tetapi tuan, jumlah mereka sangat banyak dan peralatan perang mereka juga sangat banyak”Kata mereka. “Tenanglah…kita pasti menang”Kata Kae Anu. “segera bunyikan gong dan gendang serta menjauhlah dari sini” Ketika gong dan gendang mulai dibunyikan, serempak pasukan Rana Hembok melemparkan belut dan ikan kearah Kae Anu. Dengan mudah Kae Anu memotong-motong belut dan ikan yang mereka lempar dan mengumpulkannya menjadi satu tumpukan besar. Setelah ikan dan belut yang mereka lempar habis, darat rana Nekes bersorak kegirangan karena mereka telah menang perang tanpa ada satu pun diantara mereka yang mati. Sesuai kesepakatanya maka rana Hembok harus tunduk kepada rana Nekes dan pada hari itu juga air dari rana hembok berpindah ke rana Nekes dan menjadi sebuah danau yang sangat besar dan luas. “Karena wilayah kalian sudah semakin luas dan besar maka saya menamakan kampung kalian yaitu Rana Mese”Kata kae Anu kepada mereka. Mereka semua sangat senang dan setuju dengan nama yang diberikan oleh kae Anu kepada kampung mereka sehingga sampai sekarang danu tersebut dikenal dengan nama danau Rana Mese. “Kami tidak dapat membalas budi baik tuan”Kata raja rana Mese kepada Kae Anu. “Akan tetapi izinkan kami membantu tuan untuk membangun kampung tuan menjadi lebih luas seperti kerajaan kami sekarang ini”. Kae Anu menyetujui tawaran dari Raja Rana Mese. Kemudian Raja Rana Mese memerintahkan semua rakyatnya untuk pergi ke Teber dan membangun compang serta menyusun pagar menggunakan batu-batuan dari wae laku dan wae leras. Pagar batu tersebut sudah hampir selesai dibuat dalam tempo satu malam ketika anjing piaraan Kae Anu datang dari kebun dan menyalak serta menggonggong para mahluk halus tersebut. Karena takut dengan anjing, para mahluk halus tersebut berlari kembali ke Rana Hembok. Sampai sekarang pagar dari batu serta compang yang dibangun oleh darat tersebut masih ada di pelataran rumah gendang desa compang Teber,Manggarai Timur. created If1KG.
  • o20l0ea3vt.pages.dev/21
  • o20l0ea3vt.pages.dev/332
  • o20l0ea3vt.pages.dev/297
  • o20l0ea3vt.pages.dev/531
  • o20l0ea3vt.pages.dev/406
  • o20l0ea3vt.pages.dev/22
  • o20l0ea3vt.pages.dev/62
  • o20l0ea3vt.pages.dev/398
  • cerita rakyat manggarai timur